KETIKA ARTIFICIAL INTELLIGENCE MEMBANTU KITA MELUKIS
– 11 Lukisan Spiritual Denny JA
Tanggal 28 Oktober tahun 1886, sekitar 136 tahun lalu, Fredrerich Aguste Betholdi terpana. Statue of Liberty itu selesai sudah.
Patung itu dibuat sebagai hadiah dari rakyat Prancis untuk memperingati aliansi Prancis dan Amerika Serikat pada masa Revolusi Amerika.
Total tinggi patung itu 92,99 meter. Lebar patung 10,7 meter. Tinggi kaki patung saja sepanjang 7,65 meter. Total berat patung 225 ton. Patung terbuat dari bahan tembaga.
Patung itu dikerjakan dalam waktu 9 tahun. Yang bekerja untuk patung itu lebih dari 1000 orang.
Aguste Bertholdi tetap dikenang sebagai sang pematung. Gagasan dan bentuk patung itu darinya. Tapi yang mengerjakan patung itu tim yang besar sekali.
Bukan Bertholdi yang menyusun kepingan tembaga. Bukan ia pula yang mengecat patung dari kaki hingga kepala. Apalagi Betholdi yang membuat kerangka besi dan kayu untuk mendirikan patung itu.
Seribu orang lebih yang bekerja di lapangan, bahu membahu mewujudkan gagasan Auguste Bertholdi.
Tapi Bertholdi tetap dikenang sebagai sang pematung karena design patung berasal darinya.
Pematung itu ada pada sang designer.Di era kini, tim besar yang siap membantu kita berkarya, melukis, disediakan oleh teknologi. Artificial inteligence mengerjakan gagasan yang kita perintahkan.
Kita tetap sebagai designernya. Tapi yang bekerja di lapangan adalah tim artificial inteligence.
Dua minggu ini saya bereksperimen melukis dengan bantuan artificial inteligence.
Gagasan awal dari saya. Lalu saya tetap lakukan finishing touch dengan goresan cat di kanvas. Saya tambahkan pula puisi pendek di dalam kanvas.
Jadilah ia sebelas lukisan spiritual sufistik, dengan corak ekspresionisme.
***Coretan di atas adalah gambaran begitu luas dunia sofistic yang dituangkan dalam karya sastra dan lukisnya, begitu luas dia dengan pemgalaman hidupnya menjelajahi separoh lebih belahan dunia ini, Dia adalah Denny JA., seorang writer yang dengan sejuta pengalaman hidupnya dituangkan dalam seni dan sastra.Dia seorang writer yang konsisten, sekalipun separuh dunia ini menggodanya dengan segala kemewahan dan kemakmurannya, masih tidak bergeming dalam hidupnya untuk tetap setia dalam pelukan dunianya, dunia sastra dan seni.
Bagi dia, sastra dan seni bak bunga cantik di halaman rumah, kan dijaganya sepenuh hati, dan dirawat penuh dengan kasih kasayang.
Kesetiaanya terhadap seni dan sastra tak pernah pudar walau separuh malam mengajaknya berbaring di peraduan seperti para pengejar harta dan kemewahan, tak bergeming. Tetap setia.
Modernitas tidak menghanyutkannya dalam keasikan dengan segala fitures dan aplikasinya, justru dia memanfaatkannya membentuk kesempurnaan menjelajahi separuh lebih dunia dan isinya.
Mencari tuhan dengan segala fitures dan aplikasinya, gedget sebagai bukti kekuasaan tuhan yang tertuang atas ujud dari karya cipta manusia dengan segala kemajuan kebudayaan yang dituangkan di era technology saat ini. Technology justru tidak membutakannya.
Why? Sebagai manusia yang berkepercayaan atas ketuhanan, beradap dan beragama, dia meyakini, bahwa segala sesuatu yang bergerak dan berpola adalah karena campur tangan tuhan. Modernitas seni dan sastra adalah campur tangam tuhan atas manusia yang tercipta olehNya.
(Release, sarinahnews/k.red)
Kesebelas lukisan ini dapat dilihat di klik:
https://drive.google.com/file/d/121I8sD47ym3zMPzsHKZ52SmmOl0cxBUH/view?usp=drivesdk