Aku masih ingat malam manis bersamamu
Aku ingin mengulangnya lagi bersamamu sepanjang malam
Ya, sepanjang malam bersamamu
Aku masih ingat senyum manismu dekat di wajahku
Aku tak ingin pergi jauh dari wajahmu
Berilah aku satu malam lagi
Aku masih ingat tertawa lepasmu
Ketika aku tak mendengar apa yang kau katakan karena kereta berjalan kencang
Ketika aku bertanya, “Apa?”
Dan kau tertawa lagi
Aku masih ingat itu
Aku tau, sebenarnya tertawamu menutupi kesedihanmu menanggung berat beban rindumu
Aku tau itu, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali aku membohongi diriku ikut tertawa lepas
Beberapa menit kemudian
Bibirmu bergetar seakan ada yang ingin akan kau katakan
Aku tau itu, apa yang akan kau katakana
Sama persis apa yang akan aku katakana
Tetapi sesak nafasku untuk mengatakannya
Ya, sangat sesak kecuali memandangmu
Aku lihat matamu berkaca-kaca dan bibirmu bergetar
Aku tak mampu memandangnya lagi kecuali memegang tanganmu yang dingin dan bergetar
Tubuhku tanpa tulang belulang di depan wajahmu
Di pinggir rel kereta, kita duduk berdua
Tak peduli beberapa mata menatapku
Aku tak peduli
Kecuali memperhatikanmu diam menatapku dalam
Aku bisa merasakan betapa dalam dan berat beban rindumu
Begitupun yang kurasa
-sarinah-