SARINAH NEWS, – JAKARTA, – Karena kebiasaan, gagal jadi peserta pemilu saja menuduh istana turut campur. Tentu saja, sebelum jokowi dituduh lagi pada pencapresan dan koalisi partai tertentu itu terjadi gagal lagi. Jokowi menyindir dengan asumsinya. Berasumsi apa salah?
Kalau mau diterjemahkan secara serius ya… gak papa, wonh itu bukan intruksi presiden. Gampang aja, kata Gus Dur, “Gitu aja kok repot.”
So, Jokowi tak mau dituduh lagi seperti Partai Umat tidak masuk peserta pemilu 2024 dan menuduh Istana turut campur. Tentu saja Presiden Jokowi mendahuluinya dengan asumsinya kawatir kalau disalahkan lagi gegara gagalnya koalisi partai dan Capres.
Elite Partai Demokrat, Kamhar Lakumani, kok jadi sewot dan menuding Presiden Joko Widodo cuci tangan dengan pernyataannya bahwa khawatir Istana disalahkan jika ada partai gagal berkoalisi.
Apa presiden sebelumya sering melakukan intervensi lalu nuduh orang lain yang tidak melakukan apa-apa dituduh cuci tangan gitu. Kayaknya sang boss sering lakukan deh. Minggu, (25/12/2022)
Pernyataan elite Partai Demokrat, Kamhar Lakumani mendapatkan tanggapan santai dari Staf Khusus Mensesneg Faldo Maldini heran dengan tudingan tersebut. Sumer, detiknews, kamis (22/12).
“Buruk muka, cermin dibelah. Nggak bisa menari, lantai yang disalahkan. Memang gampang menyalahkan Presiden. Semuanya salah Presiden, mudah bikin narasi begitu,” kata Faldo kepada wartawan, Kamis (22/12).
Faldo mengatakan, tidak ada yang salah dengan pernyataan Jokowi. Presiden, tegasnya, tidak bertanggungjawab atas gagalnya pembentukan koalisi.
Menurut Faldo, belum terealisasinya sebuah koalisi seharusnya ditanyakan kepada bakal kandidat calon presiden (capres) mereka beserta pimpinan partai politiknya.
“Kalau mau tahu kenapa koalisi belum terbentuk, harusnya tanya bakal kandidat ini, serius mau maju atau tidak. Kenapa mereka tidak berhasil? Tidak ada tanggung jawab Presiden, itu wewenang partai mengusulkan capres. Kalau bos parpol berhasil diyakinkan, ya tinggal daftar,” tuturnya.
Untuk koalisi perubahan, Faldo menilai keseriusan Anies Baswedan untuk meyakinkan calon partai koalisi belum nampak. Hal itu dilihatnya dari belum adanya kesepakatan soal nama yang akan mendampingi Anies.
“Saya kira capres belum serius yakinkan partai. Saya lihat spanduk Mas Anies, misalnya, ada yang wakilnya Pak Agus, ada yang wakilnya Pak Aher, ada juga yang Pak Syaikhu. Semua ngerasa cocok. Bos parpol belum sepakat. Itu sumber masalahnya,” kata Faldo.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) khawatir Istana disalahkan jika ada partai yang gagal berkoalisi. Demokrat menganggap pernyataan itu sebagai upaya cuci tangan dari Presiden.
Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani mengatakan hal itu merupakan kegalauan Jokowi terhadap pilpres 2024. Kamhar menilai sejauh ini ada intensi dari presiden untuk ikut campur dengan proses politik.
“Ini menunjukkan kegalauan Pak Jokowi yang selama ini terlalu jauh ikut campur pada proses politik yang berjalan menuju Pilpres 2024. Publik masih mengingat pernyataan ‘ojo kesusu’ dan mengendorse beberapa nama sebagai capres menunjukan Pak Jokowi memiliki intensi tertentu,” kata Kamhar.
Kamhar menuding pernyataan Jokowi soal koalisi sebagai bentuk pengkondisian. Publik, lanjut Kamhar, sudah dijustifikasi dengan pernyataan Istana tak ikut campur dan dia menilai hal itu sebagai upaya cuci tangan.
“Berdasarkan rekam jejak yang sudah-sudah, maka pernyataan ini patut diduga sebagai prakondisi untuk suatu ‘operasi politik’ penggagalan koalisi yang nantinya ini akan dijadikan sebagai justifikasi. Pernyataan ini terbaca sebagai upaya cuci tangan,” kata Kamhar.
Emangnya sudah dilakukan Jokowi? Sama saja, Kamhar juga berasumsi berlebihan jadi paranoid gitu.
Katakanlah sebelum Demokrat lakukan seperti yang sudah-sudah, yang sering nuduh istana bila ada kegagalan tujuan politiknya. And, sang Boss turun dan langsung menyindir Istana. Karena sering dia lakukan seperti itu, so Istana gerah. Karena memalukan seperti anak baru belajar politik. (sarinah)
Baca artikel ini ditayangkan oleh detiknews, dengan judul, “Faldo Heran Jokowi Dituding Cuci Tangan: Memang Gampang Salahkan Presiden”