sarinahnews.com, – Malang, Siapa Anti Republik Indonesia Niscaya Akan Hancur. Kalimat ini terngiang di telinga dan membakar jiwa ini untuk mencintai negeri ini seluruh jiwa dan raga tanpa memikirkan saya dapat apa.
Saya baca ulasan media online Tempo.com, betapa giginya Presiden Joko Widodo menyatakan, bahwa bangsa Indonesia akan tetap berpegang teguh pada Pancasila meski zaman telah berubah.
Media Tempo online itu menulis ulang yang disampaikan oleh Jokowi melalui akun media sosialnya, @jokowi, dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila pada hari sabtu tanggal satu Oktober setiap tahunnya.
“Zaman boleh berubah, arus globalisasi menderas, tapi bangsa Indonesia akan tetap berpegang teguh pada Pancasila,” kata Jokowi, dikutip dari akun Twitter resminya,
Di sini nampak terang benderang bahwa Presiden Indonesia menulis di akun Twitternya bukan sekedar rangkaian kata-kata yang menyenangkan rakyatnya, tetapi memang ekspresi dirinya dari lubuk hati yang paling dalam kecintaannya pada negeri ini. Bukan basa-basi.
Banyak sebuah kaum yang bibirnya mengatakan Pancasila baik dan cocok sebagai ideologi negara, padahal hatinya terselip kemunafikan dan tipu daya yang sesungguhnya tidak pernah mengakui Pancasila sebagai dasar perjuangan bangsa Indonesia.
Sesungguhnya mereka tidak mengakui NKRI tetapi yang diimpikan adalah bentuk negara lain yang jauh dari cita-cita Proklamasi. Mereka berdemokrasi dalam konstitusi negara ini hanyalah tipu daya dan siasat yang tidak fair.
Pagi itu, Presiden Jokowi Pimpin Upacara Kesaktian Pancasila 2022, walaupun sesungguhnya mata hatinya melihat mengapa masih ada sebuah kelompok yang sangat tidak suka perbedaan di negara yang dipimpinnya ini.
Bukankah perbedaan itu adalah berkah bagi suatu bangsa? Agar negara ini lebih bijaksana memandang perbedaan bangsanya dengan segala keaneka ragaman suku bangsa, adat, bahasa dan agamanya.
Ketulusan dalam cuitannya, Jokowi juga menyebut bahwa Pancasila mampu menjadi tameng dari beragam tantangan yang mengancam persatuan dan keberagaman bangsa Indonesia.
“Ideologi yang digali dari akar dan karakter bangsa Indonesia, terbukti mampu menjadi tameng menghadapi aneka tantangan yang mengancam persatuan dan kemajemukan kita,” pitutur dia.
Keaneka ragaman bangsa ini adalah sebuah berkah yang menunjukkan dan atau mengekspresikan seluruh ajaran agama apapun di atas bumi ini.
Inilah dunia, yang isinya berbagai macam suku bangsa dan bahasa. Bukankah semua agama itu tidak hanya untuk satu kaum saja?
Agama itu adalah ajaran suci janganlah dikotori hanya karena kepentingan kekuasaan dan keserakahan. Berkompetisilah secara fair di atas panggung konstitusi.
Moreover, kalaupun beralasan kesejahteraan yang berkeadilan, bukankah itu sama seperti dalam konsep dasar perjuangan Pancasila? Kenapa Pancasila dijadikan alasan sebagai ideologi toghut?
Hari Kesaktian Pancasila jatuh setiap 1 Oktober. Peringatan ini dilakukan sehari setelah peringatan pemberontakan Gerakan 30 September atau G30S PKI.
Sejarah baik dan atau kelam harus tetap ditulis dengan tebal agar dijadikan pelajaran hidup berbangsa dan bernegara, bukan untuk dijadikan alat menekan dan menuduh atau memfitnah simbul negara atau pun lawan politiknya.
Tercatat, harian Kompas, 27 September 1966, memberitakan, Hari Kesaktian Pancasila mulai diperingati pada 1966, melalui Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat (AD) Jenderal Soeharto.
Surat keputusan tertanggal 17 September 1966 itu memerintahkan, seluruh pasukan AD, pasukan angkatan lain, serta masyarakat harus turut memperingati Kesaktian Pancasila tanpa terkecuali.
Tujuan terselip dari setiap 1 Oktober sebagai hari kesaktian Pancasila itu adalah untuk mengingat jasa para Pahlawan Revolusi, korban pengkhianatan G30S PKI yang ingin menghancurkan Pancasila.
Sejarah itu sangat jelas, janganlah mengulang sejarah kelam yang sama walaupun hanya beda bentuk saja, apalagi agama sebagai alat propaganda.
Hikmah memperingati hari kesaktian Pancasila adalah agar kita bersatu dan bergotong royong mengatasi persoalan negara demi satu tujuan bersama, yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur.
Lebih dari pada itu, kita harus bersama-sama, bergotong royong agar negara maju dan kuat bersama TNI/POLRI, dari berbagai macam intervensi asing yang ingin menguasai sumber daya alam dengan cara mengadu domba kita sebagai bangsa Indonesia. (k.red)