Lukisan Esae Denny JA: Datangnya Era Melukis dengan Artificial Intelegence 

Lukisan Esae Denny JA: Datangnya Era Melukis dengan Artificial Intelegence 

Lukisan Esae Denny JA: Datangnya Era Melukis dengan Artificial Intelegence

(15 Lukisan Spiritual Tema Cinta Ilahi)

By Denny JA

 

sarinah News, Jakarta, Seni adalah seni. Goresan seni lukis Denny JA adalah seni untuk seni.  Dia hanya mengungkapkan emosinya melalaui lukisan  yang berbantu pada tehnology  aplikasi digital, artificial inteligence. (4/11/2022)

 

“Saya bermimpi melukis, kemudian saya melukis mimpi saya.” Ini kalimat yang dikatakan oleh salah satu pelukis raksasa Van Gog

Semasa hidupnya, 1882-1885, Van Gogh sudah mengekspresikan mimpinya dalam lebih dari 900 lukisan. Namun ia hanya berhasil menjual satu lukisan saja semasa hidupnya, berjudul Red Vanyard at Arles.

Lukisan itupun dibeli oleh keluarga dari sahabatnya sendiri: Anna Boch.

Van Gogh hidup dalam kondisi yang melarat. Gaya melukis Van Gogh tidak populer di zamannya. Tapi Van Gogh bersikeras tetap melanjutkan gaya lukisannya sendiri, walau tak ada yang membelinya.

Van Gogh hanya ingin mengekspresikan dirinya. Ia hanya tergerak untuk melukis mimpinya.

Kini, 140 tahun setelah kematiannya, lukisan Van Gogh termasuk yang paling mahal yang pernah terjual.

Di tahun 1990, lukisannya berjudul The Portrait of Dr. Gauche, terjual dengan harga USD 85 juta. Itu sama dengan 1, 2 Trilyun rupiah.

Sejak lama saya menggandrungi Van Gogh. Sejak bersekolah di Amerika Serikat, saya mencari poster lukisannya di berbagai toko seni.

Saya menyenangi gaya lukisan Van Gogh, yang sering disebut dengan genre ekspresionisme. Dalam gaya ini, yang dilukis tak hanya realitas fisik sebuah obyek, tapi juga emosinya, gairahnya, gejolak batinnya.

Emosi itu terasa dalam lukisan melalui tarikan kuas, permainan warna.

Di kemudian hari Van Gogh dianggap sebagai bapak ekspresionisme. Lukisannya menggunakan warna untuk mengekspresikan perasaan, emosi dan suasana hati.

Lukisan Van Gogh juga lebih menggunakan simbolisme, lebih abstrak dibandingkan lukisan realisme atau fotografis yang populer saat itu.

-000-

Di tahun 2022 ini, saya banyak berkenalan dengan aplikasi lukisan, dengan bantuan artificial inteligence.

Dengan ketrampilan teknis melukis yang elementer, sejauh memiliki konsep yang kuat, gabungan beberapa aplikasi lukisan itu dapat membantu.

Sayapun mengeskpresikan cinta ilahi melalui lukisan gaya Van Gogh. Berbeda dengan Van Gogh, saya tak mulai melukis dari kanvas yang kosong. Saya melukisnya di atas kanvas yang sudah bercorak dengan bantuan aplikasi lukisan.

Di atas lukisanpun, saya bubuhkan potongan puisi, yang menyatu dengan gagasan utama lukisan.

Maka ada empat karakter utama jenis lukisan yang saya beri nama LUKISAN ESAI.

Pertama, ini jenis lukisan hibrida. Yaitu lukisan yang dibantu oleh aplikasi digital, artificial inteligence. Goresan manual pelukis, kuas, warna dan tarikan garis tangannya, menjadi finishing touch saja dari lukisan itu. Katakanlah ini gabungan lukisan aplikasi dan manual, hibrida.

Kedua, pesan utama lukisan juga diekspresikan dalam bentuk potongan puisi. Dalam lukisan itu, di atas kanvas, hadir teks puisi.

Ketiga, tak hanya isi puisi, tapi juga pemilihan huruf dan warna teks puisi itu menyatu dengan lukisan. Secara grafis, teks puisi itu menjadi bagian harmoni dari lukisan.

Keempat, judul lukisan tidak berada di luar kanvas. Judul lukisan tercantum dalam kanvas berupa potongan puisi itu sendiri.

Maka terciptalah serial 15 lukisan esai dengan empat karakter di atas. Sebanyak 15 lukisan itu mengekspresikan gelora batin yang sama: Cinta Ilahi.

Ada potongan puisi sufistik di setiap lukisan. Misalnya lukisan dengan gambar bulan yang besar, sebagai simbol Tuhan, bertuliskan: The Music of Your Love In My Flute. “Alunan CintaMu Meniup Sulingku.”

Tanggal 1 November 2022, LSI Denny JA menyelenggarakan konferensi pers soal politik dan agama. Sebanyak 15 lukisan saya dipajang di sana, dilihat wartawan dan khalayak pertama kali.

Serial 15 lukisan itu dapat dilihat di video Youtube ini, yang dirangkai dengan alunan musik Itirof dari Abu Nawas: 👇

👆

(Denny JA)