Tomboan dan Plesir Ing Ngawonggo: Menyatu dalam Pelestarian Budaya di Malang

Tomboan dan Plesir Ing Ngawonggo: Menyatu dalam Pelestarian Budaya di Malang

 

KOTA MALANG | SARINAH NEWS || – Banyak peninggalan sejarah yang ada di Malang Raya, tetapi sayangnya masih belum mendapat perhatian dan belum dipahami secara mendalam. Senin, (7/7/2024)

Namun, di samping itu, terdapat salah satu tempat peninggalan sejarah, yaitu Situs Patirtaan Ngawonggo yang juga sekaligus tempat wisata edukasi budaya.

Pada hal ini, Situs Patirtaan Ngawonggo menjadi pembeda dengan tempat wisata sejarah lainnya dikarenakan Situs Patirtaan Ngawonggo menyediakan fasilitas untuk menjamu tamu bernama Tomboan.

Situs Patirtaan Ngawonggo merupakan sebuah tempat peninggalan sejarah peralihan Kerajaan Kediri ke Kerajaan Singosari yang berupa kolam mata air yang dipercaya oleh sebagian orang dapat mensucikan diri dan dugunakan sebagai sarana ibadah yang menggunakan sarana air.

Situs Patirtaan Ngawonggo memiliki 4 kolam yang pada tepian kolam-kolam tersebut.

Ada relief Ghana, relief yang memiliki corak dengan Kerajaan Kediri dan Kerajaan Penataran, serta terdapat arca dewa dewi seperti arca Ganesha, Siwa, Dewi Parwati, Dewi Sri, Jaladwara, dan lainya yang masih belum diketahui wujud aslinya.

Situs Patirtaan Ngawonggo ini juga berada di antara bantaran sungai besar yaitu utara Sungai Kemanten dan di samping selatan Sungai Dawuhan.

Pada Situs Patirtaan Ngawonggo terdapat fasilitas untuk menjamu tamu bernama Tomboan yang diambil dalam kata bahasa Jawa yaitu Tumbuhan.

Tomboan ini digagas oleh para pengelola, yaitu Rahmad Yasin yang kerap disapa Cak Yasin dan Cak Abink.

Tomboan dibentuk dengan tujuan agar para tamu yang datang dapat merasakan disambut dengan hangat.

Para tamu juga akan disuguhkan jajanan tradisional, makanan berat tradisional, dan wedang atau minuman khas Tomboan.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai warisan dan pelestarian sejarah serta budaya kearifan lokal yang ada, telah diselenggarakan sebuah acara Plesir Ing Ngawonggo yang digagas oleh kelompok praktikum Public Relations 3 Management Event program studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, yaitu Estelle Crew bersama para pengelola Situs Patirtaan Ngawonggo.

Acara tersebut mengundang narasumber yang kompeten di bidang Arkeologi, yaitu Ismail Lutfi, MA yang sekaligus merupakan Ketua Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia Komda Jawa Timur. Beliau juga merupakan dosen dengan kepakaran Sejarah Klasik dan Arkeologi di Universitas Negeri Malang.

Ismail akan memaparkan dan saling belajar bersama mengenai sejarah Situs Patirtaan Ngawonggo dalam sudut pandang arkeologi serta pelestarian sejarah dan budaya.

Selain Ismail Lutfi, MA, dihadirkan pula narasumber lokal, yaitu Cak Yasin yang merupakan pengelola dari Situs Patirtaan Ngawonggo sebagai narasumber lokal untuk menceritakan bagaimana awal mula dikelolanya Situs Patirtaan dan digagasnya Tomboan

Acara Plesir Ing Ngawonggo digelar pada 22 Juni 2024 yang bertempat di pelataran Tomboan dan dihadiri kalangan mahasiswa dari berbagai kampus di Malang.

Acara ini dibuka oleh pengelola Cak Yasin dan Cak Hanafi dengan menyanyikan lagu “Sugeng Rawuh” yang merupakan lagu ciptaan Cak Yasin dengan iringan gitar dan seruling.

Lagu “Sugeng Rawuh” sendiri memiliki makna sebagai penyambutan selamat datang kepada para tamu dan diharapkan Tomboan dapat menjadi obat kerinduan para tamu yang rindu akan suasana masa kecil di pedesaan.

Sebelum sesi sarasehan atau sesi saling sharing dan belajar bersama, Cak Yasin juga menyampaikan sambutan kepada para tamu

“Saya berharap dengan adanya acara ini, kita sama-sama saling belajar. Apalagi di tengah-tengah kita telah hadir Bapak Lutfi yang merupakan ahli Arkeologi yang di mana pastinya beliau lebih paham secara jelas bagaimana sejarah Situs Patirtaan Ngawonggo dari sudut pandang Arkeolog. Mari rencang-rencang kita belajar bersama mengenai peninggalan sejarah agar kita bisa terus semangat untuk melestarikan tempat seperti ini,” ucap Cak Yasin.

“Saya berharap dengan adanya acara ini, kita sama-sama saling belajar. Apalagi di tengah-tengah kita telah hadir Bapak Lutfi yang merupakan ahli Arkeologi yang di mana pastinya beliau lebih paham secara jelas bagaimana sejarah Situs Patirtaan Ngawonggo dari sudut pandang Arkeolog. Mari rencang-rencang kita belajar bersama mengenai peninggalan sejarah agar kita bisa terus semangat untuk melestarikan tempat seperti ini,” ucap Cak Yasin. (triami/sarinah)

 

 

Posted: sarinahnews.com
Malang, July 7, 2024

Artikel ini ditulis oleh Triami, Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dengan judul, “Tomboan dan Plesir Ing Ngawonggo: Menyatu dalam Pelestarian Budaya di Malang”